IQNA melaporkan sebagaimana dilansir liputanislam.com, dalam jumpa pers mingguan, Senin (9/5), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan, “Tak ada perkembangan baru dalam hubungan dan negosiasi dengan Saudi…. Ada kesepakatan-kesepakatan yang kami berhadap dapat diterapkan.”
Dia juga mengatakan, “Beberapa isu yang diangkat bersama Saudi ialah isu-isu regional, terutama isu Yaman. Meskipun ada isu-isu yang diperselisihkan oleh kedua pihak, kami mengangkat isu-isu ini.”
Menyinggung serangan teror yang ymenewaskan sedikitnya 11 tentara, satu diantaranya perwira di Semenanjung Sinai, Mesir, Khatibzadeh mengatakan bahwa terorisme yang didukung asing telah menyebar di negara-negara Muslim, dan bahwa memerangi “fenomena jahat” ini membutuhkan “kerja sama yang erat” negara-negara regional.
“Melawan fenomena jahat terorisme, yang sayangnya telah menyebar di negara-negara Muslim dengan dukungan pihak luar, membutuhkan kerja sama yang erat dari negara-negara di kawasan,” ujarnya.
Dalam serangan teroris pada Sabtu lalu, gerilyawan bersenjata melurug sebuah pos pemeriksaan di Semenanjung Sinai Mesir dengan kendaraan bermuatan bahan peledak sambil menembakkan senjata berat yang dipasang di truk flatbed.
ISIS mengaku bertanggungjawab atas serangan tersebut, yang tercatat sebagai salah satu serangan paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir di Sinai utara di mana pasukan keamanan Mesir memerangi gerilyawan yang terkait dengan kelompok takfiri.
Kelompok Velayat Sinai yang berafiliasi dengan ISIS selama ini mengaku bertanggung jawab atas sebagian besar serangan.
Pada Februari 2018, tentara Mesir melancarkan operasi kontra-terorisme skala penuh setelah serangan teror menerjang sebuah masjid di Sinai Utara dan merenggut nyawa lebih dari 300 orang.
Sejak itu, lebih dari 840 tersangka militan telah tewas di wilayah tersebut, menurut angka militer, dan lebih dari 60 pasukan pemerintah juga terbunuh. (HRY)