IQNA

Seni Tilawah Alquran/ 12

Kriteria Istimewa Nada Tilawah Ustad Shahat

8:06 - December 06, 2022
Berita ID: 3477697
TEHERAN (IQNA) - Tilawah almarhum ustad Shahat Mohammad Anwar benar-benar sedih dan kebetulan, telah berulang kali ditekankan dalam hadis agar membaca Alquran dengan sedih.

Almarhum ustad Shahat Mohammad Anwar (1950-2008) memiliki nada yang halus dalam tilawah, yang sangat membedakannya dari qari Mesir lainnya. Gaya Shahat memiliki nada yang berbeda dengan gaya al-Minshawi, dan seseorang yang meniru gaya ini harus memiliki ketinggian suara yang sesuai.

Gaya Shahat yang unik benar-benar menambah spiritualitas tilawahnya. Di antara para qari, kita mengenal orang yang lebih merdu dari ustad Shahat Anwar, namun tilawah ustad Shahat tetap terjaga karena ketenangan dan bobot karakternya serta kesedihan tilawahnya.

Tilawah Ustad Shahat Tidak gembira, Namun Sedih

Rasa dan pemahaman manusia tentang keindahan berbeda. Selera orang bergantung pada faktor-faktor seperti geografi, budaya, kebiasaan, dan jiwa manusia; baik semangat melafalkan diri sang qari maupun semangat yang mendengarkan. Tilawah ustad Shahat sungguh sedih.

Ada formula umum untuk tilawah sedih. Jika Anda mendengar tilawah dan air mata mengalir dari mata Anda, tilawah itu sedih dan kebetulan, telah berulang kali ditekankan dalam hadis agar membaca Alquran dengan sedih. Qiraat tanpa kesedihan tidak ada artinya. Tentu saja, ayat-ayat rahmat dan nikmat harus menciptakan kegembiraan dan harapan pada audiens, tetapi kegembiraan dan harapan tersebut juga harus ditanamkan dengan kesedihan.

Salah satu faktor penyebab variasi nada adalah mode (dinamika). Jika Anda memainkan suara dan nada tanpa suasana hati dan emosi, itu akan menjadi tanpa emosi seperti suara mobil biasa. Beberapa keadaan bersifat internal: seperti keadaan ketakutan, kemarahan, kesedihan, harapan, kebahagiaan, keagungan, kebaikan, dll, dimana ustad Mustafa Ismail banyak menggunakan teknik ini untuk menyampaikan makna.

Beberapa keadaan bersifat eksternal, seperti: Intensitas dan aksen yang tiba-tiba pada suara, pertama kuat dan kemudian melembutkan suara, memperkuat suara secara bertahap, melembutkan suara secara bertahap, dll. Ustad Sha’sha'i secara khusus menggunakan teknik ini untuk menyampaikan makna. Ustad Shahat, selain mengubah nada dan menggunakan berbagai kalimat melodi untuk menyampaikan makna, juga menggunakan suasana hati secara bergantian.

Dalam tilawah surah Taha yang dia lakukan di Hosseiniyeh Irshad (Iran) pada tahun 1369, dimana dalam ayat 45 dan 46, Musa dan Harun (as) berkata kepada Allah "Sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami” Ustad Shahat menyampaikan sebuah rasa takut dengan melodi, suasana hati dan dengan penekanan pada kata (nakhaf) dan di ayat berikutnya ketika Allah berfirman: “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua”, dia menggunakan rasa harapan dan pemberian dorongan dalam melodi dan nadanya. Dan suasana yang diberikannya pada suara bisa dimengerti.

Selain itu, di bagian gemilang tilawah surah Ali Imran ayat 36 dan 37, ia menampilkan komposisi dan mood paling cemerlang yang menceritakan perasaan ibu Maryam as. (HRY)

captcha